![]() |
Inyiak Canduang (Syekh Sulaiman Ar-Rasuli) |
BUKITINGGI, PemudaMuslimNews - Syekh Sulaiman
Ar-Rasuli atau dikenal Inyiak Canduang layak dianugerahi pahlawan nasional.
Inyak Canduang dikenal sebagai ulama besar dari Minangkabau.
Inyak Canduang
lahir pada tahun 1871 di Canduang. Ia mangkat pada 1 Agustus 1970.
Inyiak Canduang
dikenal sebagai pendiri Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti) pada 1928.
Organisasi ini
menjadi rujukan bagi berbagai sekolah agama di Sumatera Barat dan provinsi
lainnya.
Tokoh pembaruan kaum muda yang sangat disegani di Sumbar ini juga aktif sebagai Ketua Umum
Pimpinan Wilayah Pemuda Muslim Provinsi Sumbar
(Buya Ardinal) mengatakan, ada
enam catatan yang bisa menjadi pertimbangan bagi pemerintah dalam menganugerahi
Inyak Canduang sebagai pahlawan nasional.
Pertama, kata
dia, Inyiak Canduang konsisten dalam memajukan bangsa dari bidang pendidikan.
Baginya, agama Islam adalah pondasi penting dalam upaya memajukan martabat
bangsa.
"Sumbangsih
beliau tidak terbantahkan sejak masa penjajahan Belanda, bahkan Madrasah
Tarbiyah Islamiyah (MTI) binaan Syekh Sulaiman Ar-Rasuli tetap eksis mengemban
misi pendidikannya pada era kemerdekaan ini," ujarnya.
Kedua,
aktivitas politik dari Inyiak Canduang sudah dimulai sejak masa kolonial. Dia
pernah menjadi pengurus dan ketua anak cabang dari organisasi Sarikat Islam
(Baca: Syarikat Islam Indonesia) di Baso (Agam). Meskipun Inyiak
Canduang dicatat sejarah sebagai orang yang beraliran tua, namun dalam praktik
perjuangannya, ternyata bersifat moderat. Dia mampu bekerjasama dengan
ulama-ulama aliran muda.
"SyarikatIslam Indonesia merupakan salah satu organisasi pergerakan politik yang turut membidani kebangkitan Nasionalisme Indonesia, dan Inyiak Canduang pun ikut terjun menjadi pemimpin di
anak cabang organisasi itu," ujarnya.
Ketiga, Syekh
Sulaiman Ar-Rasuli banyak memberi masukan bagi pembenahan pemerintahan dan
strategi-strategi berhadapan dengan Belanda pada masa revolusi. Perti yang
dahulunya organisasi sosial keagamaan disetujui menjadi partai politik.
"Hal ini
membuktikan bahwa Inyiak Canduang, percaya bahwa berjuang secara politis dan
kepartaian diperlukan untuk menjaga sikap konsistennya memerdekakan republik
dan anti terhadap penjajahan," ulasnya.
Keempat, Inyiak
Canduang juga berjasa dalam memberikan pemikiran dalam upaya mencari solusi
terhadap persoalan perkembangan negara pasca revolusi. Beberapa solusi yang
ditawarkan menyangkut soal kelayakan seorang menjadi pemimpin negara, penegakan
keadilan, pemeratan pembangunan, hingga perlunya masyarakat kembali menerapkan
nilai-nilai adat dan syarak, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
"Berkat
suaranya dalam berbagai kesempatan, termasuk di media massa, maka ungkapan
“adat bersyandi syarak, syarak bersandi kitabullah” menjadi populer dan masyhur
sebagai identitas orang Minangkabau," imbuhnya.
Kelima, kata
dia, Inyiak Canduang sebagai ulama besar, sepanjang hayatnya hadir sebagai
pengayom umat, dengan mengedepankan semangat persaudaraan dan perdamaian antara
berbagai kelompok masyarakat bangsa. Berbagai
pencerahan masyarakat telah dilakukan sejak masa kolonial, sebagai Qhadi, Ketua
Mahkamah Syari’ah dan anggota onstituante.
"Bahkan
diusia senjanya setelah pensiun dari Ketua Mahkamah Syari’ah Sumatera Tengah
pada 1960, Syekh Sulaiman Ar-Rasuli tetap mengasuh pesantren Tarbiyah Islamiyah
di daerah asalnya, Candung," ujarnya.
Keenam, Inyiak
Canduang juga meninggalkan warisan untuk kejayaan bangsa dengan karya tulisnya.
Berupa buku atau pun karangan yang diterbitkan media massa.
Beberapa dari
karya itu masih tersimpan dan terawat baik di Pesantren Tarbiyah Islamiyah
(Perti). Karya-karya itu, diantaranya Dhiyaus Siraj fil Isra' wal Mi'raj,
Tsamaratul Ihsan fi wiladah Sayyidil Insan, Dawa-ul Qulub fi qishah Yusuf wa
Yaqub, Risalah al Aqwal al-Washitah fidz Dzikri war-Rabithah.
"Masih banyak karyanya yang belum tersebutkan,
secara ontologis tulisan yang Inyiak Canduang buat memberikan pencerahan ummat
manusia. Secara aksiologis memperterang makna filosofi dari zaman ke zaman, dan
secara epistemologi memberi pengetahuan tentang berbagai nilai dan ketajaman
analisis praktik agama dan masyarakat," ujarnya.