PEMUDA MUSLIMIN INDONESIA

memperkokoh keislaman dan keindonesiaan menuju peradaban mulia

Kamis, 25 Mei 2017

Penerbangan dari Jakarta menuju Makassar

PUISI, PemudaMuslimNews - Dalam perjalanan ke bandara, di tengah kota orang lain yang metropolis kau bisa saja diantar oleh saudara, kerabat atau siapapun yang mengenalmu layaknya keluarga tapi kau jauh dari desa atau kampung yang punya tradisi mengantar sejauh itu, yang bisa mengantarmu hanya grab atau sejenisnya yang bisa kau minta kapan saja menggunakan smart phone, lalu di atas mobil kau bisa saja pura-pura mempertanyakan apa-apa yang sudah kau ketahui agar seperti sahabat atau keluarga yang takut tak lagi bisa berbagi kata denganmu.

Jika kau hanya punya uang pas-pasan kau akan diantar oleh gojek, lalu hal yang sama kau tanyakan. Berapa gaji seorang tukang ojek berbasis gawai itu,  atau dari mana perusahaan memperoleh keuntungan jika karyawannya menggunakan sistem mitra. Pertanyaan itu terus kau ulang-ulang lalu setiap orang yang kau tanyai akan memberikan jawaban yang beragam. "Kami yang gaji perusahaan" jawaban yang sempat kau tanggalkan.

Di bandara, kejujuran yang kau miliki tak bisa berbuat apa-apa, lalu kau hanya akan merasa geli saat seorang petugas bandara perempuan bertanya isi kantong kiri celanamu. 

Penerbangan dari Jakarta menuju Makassar,  dengan waktu keberangkatan tepat pukul 05.00 dan tiba di Makassar pukul 08.10. Perjalanan singkat yang kau harap berulang suatu hari kelak, sebab rindu di hatimu telah kau tanggalkan di rumahnya yang baru, yang berharap suatu hari rumahnya yang lama segera ia huni kembali.

Di atas pesawat, seorang pramugari tiba-tiba kau kenali, serasa dirimu pernah menjumpainya di penerbangan tujuan yang sama dua tahun yang lalu, matamu mungkin salah tapi tidak hatimu, kau begitu mengenalinya, meski alisnya yang dulu tenang dan telanjang kini mulai mengenal dewasa mungkin pengaruh ia telah bersuami. Dalam hatimu kau bilang dunia memang sempit, tapi sesempit apapun dunia kau namai, dari Jakarta kau tidak akan pernah mendengar teriak mahasiswa yang menuntut keadilan di depan istana presiden atau suara perut orang-orang miskin di samping rumah yang kau lewati menuju bandara. Orang-orang hanya mendengar suara yang muncul dari media sosial lalu membagikannya adalah langkah empati.

Di atas pesawat, kau membaca buku puisi yang ditulis oleh penyair asal Makassar. Dalam puisi itu beberapa kali kau temu seorang laki-laki begitu sedih ditinggalkan oleh kekasihnya. Tapi ia baru sadar kehilangan sungguh-sungguh adalah jalan mencintai. Semakin ia kehilangan semakin, ia mencintai. Lembar demi lembar air mata turun berwajah hujan.

Buku yang baru kau habiskan baca di atas pesawat, juga bercerita tentang kisah mahasiswa di era reformasi, kekerasan bahkan kematian begitu mudah kau temukan setiap lembaran buku tipis itu. Soal kematian dan kekerasan semalam sebelum kau putuskan menghabiskan malam di bandara,  puluhan mahasiswa mendapat perlakuan serupa ketika menuntut keadilan di depan istana presiden,  dan di kampung melayu seseorang menjadi pahlawan untuk dirinya sendiri.

Jakarta,  25 Mei 2017

Rustam BostanKoordinator Wilayah (Korwil) Serikat Pelajar Muslimin Indonesia (SEPMI) Sulsel. 
Share:

SILATNAS 2021

SILATNAS 2021
Sukseskan Silatnas Pemuda Muslimin 2021

Official Account Media Sosial

Kabar Viral

Bersama Lawan Corona

PILIHAN REDAKSI

Muhtadin Sabili Ditetapkan Jadi Ketua Umum PB Pemuda Muslimin Lewat Aklamasi

Bogor, PemudaMuslimin-News.Com — Forum tertinggi organisasi Majelis Syuro (Kongres Nasional) Pemuda Muslimin Indonesia  menyepakati dan m...

Terbaru