Saat di temui di Kedutaan Besar Republik
Arzebaijan untuk Indonesia di Jakarta, Senin (08/05). Yang hadir dalam acara
‘Friendship Lunch’, Makan Siang Persahabatan ini antara lain Muhtadin Sabili
(Pemuda Muslimin Indonesia), Karman BM mewakili Gerakan Pemuda Islam Indonesia
(GPII), Ratu Lala dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Naldi dari Pemuda
ESQ, dan beberapa utusan Kampus Islam seperti UIN dan STIEBANG Syafruddin
Prawiranegara, Pada kesempatan ini Muhtadin Sabili Ketua Umum
Pemuda Muslimin Indonesia mengatakan, Azerbaijan adalah negeri muslim yang
rakyatnya terusir & terintimidasi dari negerinya sendiri.
Hal ini jarang
terekspos oleh media internasional apalagi di Indonesia padahal negeri yang
berpopulasi 10jt penduduk tersebut mayoritas, 97 persen Muslim. “Selama 25
tahun hidup dibawah tekanan agresi Rezim militer Armenia yang menguasai dan
menganeksasi wilayah Azerbaijan tentu sangat menyakitkan dan penderitaan lahir
batin warganya”, sebut Sabili. Sabili menegaskan, Kami berharap perhatian dan
kepedulian dunia khususnya negeri-negeri Muslim di dunia untuk turut dalam
melepaskan Azerbaijan dalam tekanan penjajahan. “Kami akan ikut membantu
sebisanya dalam mengawal kasus ini. pungkasnya. Dan pada kesempatan ini pula Ketua 1 PB Pemuda Muslimin mengundang kesedian Duta Besar Arzebaijan beserta jajaran untuk hadir pada Pembukaan Konferensi Besar IV 20 Mei 2017 diJakarta.
Dalam sambutannya, Mr. Ruslan menjelaskan beberapa hal :
1) Pada tanggal ini (8 Mei-red) dua puluh lima tahun lalu, Tentara Armenia menduduki secara paksa Kota Shusha. Mengusir penduduknya, dan merubah beberapa situs islam yang ada di sana. Termasuk bangunan dan tempat ibadah. Kemudia mereka mengklaim bahwa wilayah tersebut adalah wilayah Armenia kuno. Padahal faktanya armenia adalah pendatang.
2. Setelah diduduki, mereka melakukan pembersihan etnis azerbaijan dari kota tersebut. Ada sekitar 750.000 warga diusir. Ditambah lagi sekitar 250.000 pengungsi azerbaijan yang ada di Armenia diusir dari wilayah Armenia.
3. Bahwa kami telah melakukan upaya diplomasi Internasional. Untuk menyelesaikan masalah tersebut. Semua negara islam dan negara Arab mengecam pendudukan tersebut. Bahkan dewan keamanan PBB juga mengecam, melalui resolusi 822, 853, 874, dan 884.
4. Namun Armenia mengabaikan resolusi tersebut. Bahkan mediator mediator yang telah dibentuk negara negara eropa untuk menengahi masalah itu juga stuck, tidak berjalan.
Mr. Ruslan menceritakan dengan mata berkaca-kaca mengingat apa yang terjadi dan dialami oleh saudara seiman dan sebangsanya di sana. Undangan yang hadir di acara tersebut, merasa perihatin dan meminta supaya pemerintah Indonesia untuk pro aktif dalam membantu saudara semuslim di Azerbaijan.
Dalam sambutannya, Mr. Ruslan menjelaskan beberapa hal :
1) Pada tanggal ini (8 Mei-red) dua puluh lima tahun lalu, Tentara Armenia menduduki secara paksa Kota Shusha. Mengusir penduduknya, dan merubah beberapa situs islam yang ada di sana. Termasuk bangunan dan tempat ibadah. Kemudia mereka mengklaim bahwa wilayah tersebut adalah wilayah Armenia kuno. Padahal faktanya armenia adalah pendatang.
2. Setelah diduduki, mereka melakukan pembersihan etnis azerbaijan dari kota tersebut. Ada sekitar 750.000 warga diusir. Ditambah lagi sekitar 250.000 pengungsi azerbaijan yang ada di Armenia diusir dari wilayah Armenia.
3. Bahwa kami telah melakukan upaya diplomasi Internasional. Untuk menyelesaikan masalah tersebut. Semua negara islam dan negara Arab mengecam pendudukan tersebut. Bahkan dewan keamanan PBB juga mengecam, melalui resolusi 822, 853, 874, dan 884.
4. Namun Armenia mengabaikan resolusi tersebut. Bahkan mediator mediator yang telah dibentuk negara negara eropa untuk menengahi masalah itu juga stuck, tidak berjalan.
Mr. Ruslan menceritakan dengan mata berkaca-kaca mengingat apa yang terjadi dan dialami oleh saudara seiman dan sebangsanya di sana. Undangan yang hadir di acara tersebut, merasa perihatin dan meminta supaya pemerintah Indonesia untuk pro aktif dalam membantu saudara semuslim di Azerbaijan.